Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Adidaya Melalui Nuklir

indoneisa berpotensi menjadi raja nuklir melalui ekstrak uranium pada air laut



Negara kita bisa menjadi raja nuklir! Hah gak bohong kan?!
Beneran! Itu semua tergantung kita para generasi muda!

Hingga saat ini, energi nuklir masih belum dianggap sebagai “energi terbarukan”. Karena, ketersediaan bahan bakar nuklir, yakni uranium dan thorium, terbatas dan bisa habis. Sementara “energi terbarukan” seperti energi surya dan bayu tidak.

Tetapi, jika dilihat dari perspektif lain, energi nuklir bisa dianggap sebagai “terbarukan”. Caranya adalah dengan mengekstrak uranium dari air laut. Dan kabar baiknya adalah Indonesia memiliki garis pantai sepanjang 99.093 kilometer, terpanjang di dunia setelah Kanada 202,080 kilometer. Sehingga Indonesia berpotensi menjadi raja nuklir apabila kita para generasi muda bisa mewujudkannya.

Tidak banyak orang yang tahu bahwa air laut mengandung uranium. Kelarutan uranium dalam air laut memang kecil, rerata hanya 3 ppb (part per billion), atau sekitar 3 mikrogram per liter air. Namun, mengingat volume air laut sangat besar, sekitar 1,37 milyar km3, maka kandungan uranium di dalamnya juga luar biasa besar, mencapai 4,5 milyar ton.

Baca juga : 5 Fakta Menarik Gerhana Bulan 28 Juli 2018

Sebagai perspektif, satu unit PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) tipe LWR (Light Water Reactor) berdaya 1000 Mwe (megawatt) membutuhkan 200 ton uranium tiap tahunnya . Sementara PLTN maju seperti MSR (Molten Salt Reacto) dan SCFR berdaya sama membutuhkan 800-1000 kg uranium tiap tahun . Konsumsi listrik dunia tahun 2016 mencapai sekitar 22 ribu TWh . Jika 10% saja dari potensi uranium air laut bisa diekstrak, menggunakan PLTN maju, maka 10% potensi itu cukup untuk menerangi seluruh dunia selama 161 ribu tahun ke depan!

Konsentrasi uranium dalam air laut dikendalikan oleh reaksi kimia ajeg antara air dan bebatuan yang mengandung uranium. Jadi, ketika sejumlah uranium diekstrak dari air laut, jumlah yang sama dilepaskan oleh bebatuan ke laut untuk menggantikannya. Dengan demikian, uranium dalam air laut senantiasa “terbarukan”, secara praktis hingga planet ini menemui ajalnya kelak. Menurut Dr. James Conca, mustahil bagi manusia untuk mengekstrak uranium dengan cukup cepat untuk menurunkan konsentrasinya dalam air laut, karena suplainya akan terus menerus terbarukan!

Ide untuk mengekstrak uranium dari air laut sudah ada beberapa saat setelah Perang Dunia II. Namun, saat itu, menambang uranium di daratan masih dianggap lebih praktis dan murah. Saat inipun, kendala terbesar dalam mengekstrak uranium dari air laut adalah membuat material yang bisa mengekstrak uranium dengan biaya setara penambangan uranium di daratan .

Peneliti saat ini sedang berlomba – lomba mengekstrak uranium dari air laut. Pada 14 Juni 2018, Pacific Northwest National Laboratory (PNNL) berhasil menghasilkan 5 gram uranium per kg adsorben setelah direndam sebulan didalam laut.

Bahan bakar nuklir merupakan komponen pembiayaan paling rendah dalam PLTN, sehingga sekalipun harga uranium 10x lebih mahal dari harga saat ini, dampaknya terhadap harga listrik tidak begitu signifikan. Khususnya di reaktor maju. Namun, kunci paling penting dari penelitian ini adalah menjadikan uranium benar-benar “terbarukan”, dengan suplai yang melimpah di lautan dan terus menerus diperbarui dari batuan di kerak bumi. Ketika ekstraksi uranium dari air laut sudah benar-benar komersial, maka secara praktis energi nuklir pun benar-benar “terbarukan”, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi umat manusia hingga bumi ditelan matahari di akhir hayatnya. Menarik ya? Tidak maukah kamu mengembangkan riset ekstraksi uranium ini lebih jauh?

Dibalik kekuatan yang besar, terdapat tanggung jawab yang juga besar
Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Adidaya Melalui Nuklir Indonesia Berpotensi Menjadi Negara Adidaya Melalui Nuklir Reviewed by Faris Muhammad on Sunday, July 22, 2018 Rating: 5

1 comment:

Powered by Blogger.