Semua orang di dunia ini pasti tidak ada yang sempurna. Di balik ketidaksempurnaan itu, tidak sedikit orang yang terlalu memikirkan kekurangannya.
Selayaknya hidup sebagai manusia, kita diharapkan
selalu berdampingan dengan kekurangan yang kita punya. Dalam artian bahwa jika
ada kekurangan, pasti ada kelebihan yang kita miliki, tetapi tidak dimiliki
oleh orang lain. Setiap kekurangan, dibalas dengan kelebihan. Hal-hal itulah
yang membuat kita dapat terus hidup sebagai manusia, makhluk sosial. Setiap
orang, mempunyai peran yang berbeda. Tinggal bagaimana kita membangun dan
memberikan manfaat kepada sekitar atas peran yang kita berikan.
Saya sendiri tentu saja memiliki banyak kekurangan,
terutama rasa minder atau tidak percaya diri. Pada saat menjalani pendidikan
sekolah dasar, saya memiliki sedikit teman. Jika bukan anak dari teman ibu,
mungkin saya tidak memiliki teman di sekolah dasar. Semua itu karena rasa tidak
percaya diri yang saya miliki pada saat itu. Saya tidak tahu bagaimana cara
menjawab pertanyaan-pertanyaan sepele, seperti di mana rumahmu, hingga apa
agamamu. Rasa minder itu benar-benar mengalahkan segalanya. Saya pun baru
menyadari hal itu ketika sudah berusia remaja, yaa saya pikir akan aneh juga
kalau seorang bocah SD mengerti dan tahu bagaimana cara menghadapi semua itu. Saya
sadar, bahwa semua ini harus saya lawan, hanya saya yang bisa menemukan cara
untuk keluar dari lingkaran ini. Rasa tidak percaya diri itu lambat laun menghilang
seiring semakin bertambahnya usia saya. Pada saat itu saya menemukan cara yang
terbilang cukup mudah, dengan menjadi orang yang pintar di sekolah membuat saya
memiliki banyak teman yang mungkin tidak tulus, tetapi tetap saja teman adalah
teman. Tanpa saya sadari, saya pun menemukan peran sebagai murid yang pintar
dan sering membantu di lingkungan sekolah.
Bagaimana cara kita memahami diri sendiri, siapa sebenarnya
itu diri kita, itu semua bukanlah perkara mudah. Saya melakukan banyak hal yang
belum pernah saya lakukan sebelumnya, mulai dari bermain band, bernyanyi,
menggambar, serta berbagai hal-hal lain untuk memahami diri dan passion saya. Setiap
orang mungkin harus mengalami fase terpuruk untuk bisa memahami siapa dirinya. Tidak
sedikit orang yang berpikir untuk menyudahi hidupnya, hal seperti inilah yang
seharusnya kita sebagai manusia untuk saling mendukung satu sama lain, bukannya
saling menjatuhkan. Memang, setiap pikiran individu tidaklah sama, begitu pula
dengan perasaan. Cara kita dalam menghadapi suatu problematika dalam hidup pun
tidak sama. Namun, dengan melihat cara orang lain tentu memberikan kita
pandangan dan gambaran mengenai apa yang harus kita lsayakan pada saat kita
terpuruk. Cara saya memahami dan mencintai diri sendiri adalah dengan tidak membandingkan
diri kita dengan orang lain, tetapi bandingkanlah diri kita dengan diri kita
sendiri pada hari kemarin. Setiap orang mempunyai jalan hidupnya masing-masing.
Membandingkan diri kita dengan orang lain itu tidak akan ada habisnya.
Ada kalimat yang mengatakan bahwa jika ingin bermimpi, maka lihatlah ke atas, jika ingin bersyukur, maka lihatlah ke bawah. Kalimat tersebut dapat direfleksikan ke dalam kehidupan kita, jika penempatannya benar, bukan tidak mungkin kita akan dapat menciptakan kedamaian batin. Mencintai diri sendiri adalah hal utama, berhentilah mencintai orang lain sebelum mencintai diri sendiri. Tidak ada yang lebih tahu tentang diri kita, kecuali diri kita sendiri.
Memilih tujuan, belajar, ujian, kuliah, lalu bekerja, itu semua adalah bagian dari proses. Pada saat yang sama, itu juga buah dari hasil usahamu. Meskipun, terkadang kamu akan merasa bimbang dan gagal, tetaplah hidup tanpa ada rasa penyesalan.
No comments: